Minggu, 22 Maret 2020

Bagaimana Petani Brebes Melakukan Perawatan Tanaman Bawang Merah


Budidaya bawang merah kini sudah hampir merata ada di setiap daerah. Namun untuk daerah yang terkenal dengan budidaya bawang merah adalah Brebes. Memang, Brebes adalah produsen bawang merah terbesar seluruh Indonesia. Kegiatan perawatan tanaman mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya. Begitu juga dengan budidaya bawang merah, kegiatan perawatan sangat penting dilakukan agar panen berhasil dan melimpah. Kegiatan perawatan dilakukan agar tanaman bawang merah tumbuh optimal sesuai yang diharapkan. Kegiatan perawatan tanaman bawang merah meliputi penyiangan, pembumbunan, pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Berikut kegiatan perawatan bawang merah yang biasa dilakukan oleh petani bawang merah Brebes.

Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan membersihkan gulma atau rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah. Penyiangan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan sebagai inang OPT terutama hama ulat bawang. Pada saat penyiangan sekaligus dilakukan pengambilan telur ulat bawang, dan kegiatan ini sering dilakukan pada penyiangan ke 2.

Berdasarkan pengalaman di lapangan penyiangan diperlukan antara 1-2 kali, dan disarankan sebelum aplikasi pemupukan kedua yaitu umur 1 bulan. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 12-15 HST, dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama. Penyiangan ke 2 dilakukan pada umur 30-40 HST, dilakukan sebelum pemupukan susulan ke 2.

Pembumbunan
Petani bawang merah Brebes dalam menanam bawang merah menggunakan bedengan. Pada kanan kiri bedengan (solokan) selalu terisi air. Maka untuk menjaga bedengan agar tetap utuh dilakukan pembumbunan.

Pembumbunan adalah penimbunan tanah di pangkal rumpun tanaman, menegakkan tanaman. Tanah di sekitar tanaman seringkali terkikis oleh erosi air terutama air irigasi maupun air hujan sehingga tanah yang ada di sekitar tanaman tidak mampu lagi menopang tegaknya tanaman. Kegiatan ini bisa dilakukan bersamaan dengan penyiangan ke 2 atau saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.

Tujuan pembumbunan adalah memperlancar sirkulasi udara tanah dan dilakukan di sekitar tanaman, jika dilakukan pada bedengan maka kegiatannya adalah merapikan kembali pinggir-pinggir bedengan yang longsor dan membenahi tanaman yang akarnya muncul ke permukaan tanah.

Pengairan
Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya bawang merah adalah ketersediaan air. Menurut ilmu pertanian, jumlah dan waktu pengairan pada tanaman tergantung pada keadaan iklim, kandungan air tanah,  tingkat pertumbuhan tanaman dan sifat perakaran tanaman.
Pada tanaman bawang merah kekurangan air dapat menurunkan produksi. Pada pembentukan umbi, bawang merah banyak membutuhkan air.

Sistem pertanian bawang merah di Brebes, kebutuhan air untuk menyiram tersedia di solokan tiap-tiap bedengan. Artinya, solokan antar bedengan selalu terendam air. Penyiraman dilakukan setiap hari (pagi dan sore) saat awal tanam sampai umur 1 minggu. Bila hari hujan tidak dilakukan penyiraman. Pada umur 1 - 4 minggu penyiraman dilakukan setiap hari sekali sesuai kebutuhan. Pada umur 5 minggu sampai panen, penyiraman dilakukan setiap 2-3 hari sekali sesuai kebutuhan. Itu adalah kebiasaan petani Brebes dalam melakukan penyiraman.

Namun, kegiatan pengairan (penyiraman) bisa juga dilakukan dengan cara berbeda. Kegiatan penyiraman lainnya yaitu:
§  Umur 0-5 hari setelah tanam dilakukan dilakukan 2 kali penyiraman per hari (pagi dan sore), dengan tujuan diperoleh kelembaban tanah yang cukup untuk merangsang pertumbuhan tunas.
§  Umur 6-25 hari setelah tanam dilakukan dilakukan 1 kali penyiraman per hari yaitu pada pagi hari, dengan tujuan diperoleh kelembaban tanah yang cukup untuk merangsang pertumbuhan daun dan umbi.
§  Umur 26-50 hari setelah tanam yaitu fase generatif atau pembentukan umbi, tanaman bawang merah memerlukan banyak air, sehingga dilakukan 2 kali penyiraman pada pagi dan sore hari.
§  Umur 51-60 hari setelah tanam atau fase pematangan umbi dilakukan penyiraman 1 kali per hari yaitu pada siang hari, dengan tujuan agar suhu air penyiraman yang relatif hangat  dapat mempercepat umur panen.

Pada musim hujan, penyiraman tetap dilakukan. Lakukan penyemprotan air setiap pagi sebelum kondisi matahari naik (pukul 10 – 12 siang). Tujuannya untuk menyapu atau membasuh percikan tanah akibat hujan yang menempel pada daun tanaman atau menghilangkan putih tepung yang menempel pada ujung daun tanaman.

Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan 2 kali yaitu pada saat 2 minggu setelah tanam dan 4 minggu setelah tanam.
Untuk dosis 1000 m2 ( 0,1 hektar ) adalah :
-          Minggu ke 2 = 5 kg Urea + 10 kg ZA + 10 kg KCl + 5 kg SP36
-          Minggu ke 4 = 3 kg Urea + 7 kg ZA + 12 kg KCl + 10 kg TSP + 3 kg Pupuk Mikro
Campurkan bahan-bahan tersebut secara merata dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman yang sudah disediakan. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.

Jika menggunakan pupuk majemuk NPK ( 16-16-16 ) dosis untuk 1000 m2 adalah:
-          Minggu ke 2 = 25 kg NPK + 5 kg ZA
-          Minggu ke 4 = 25 kg NPK + 7 kg Pupuk cantik + 3 kg Pupuk Mikro
Aplikasinya bisa dibenamkan atau dikocor.

Pemberantasan Hama dan Penyakit
Petani bawang merah Brebes untuk pemberantasan hama penyakit dilakukan dengan melakukan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan 2 atau 3 hari sekali baik untuk pencegahan atau pemberantasan hama. Cara ini sebenarnya kurang tepat. Dampak dari penggunaan pestisida 2-3 hari sekali dapat menyebabkan resistensi hama & penyakit semakin tinggi (kebal) dan merusak lingkungan. Ini yang tidak disadari petani bawang merah di Brebes.

Sudah saatnya, petani beralih pada Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu suatu konsepsi mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) baik hama atau penyakit dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting.

Inti dari PHT adalah menjadikan petani sebagai ahli PHT. Kegiatan meliputi: penggunaan benih/bibit tahan hama, pengamatan dan pemantauan hama secara intensif, penggunaan musuh alami, penggunaan pestisida hayati (termasuk menggunakan perangkap), dan penggunaan pestisida kimiawi.
Namun penggunaan pestisida kimia dilakukan secara selektif dan efektif yaitu apabila telah ditemukan hama misalnya 1 ulat/10 tanaman atau 5% kerusakan tanaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar