Senin, 09 Maret 2020

Kiat Sukses Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah


Hama tanaman adalah organisme pengganggu tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan penyakit adalah mikro organisme pengganggu tanaman secara fisiologis pada tanaman yang dibudidayakan.
Hama dan penyakit pada tanaman bawang merah adalah:

A.  Hama Tanaman Bawang Merah:
Hama orong-orong
1.       Orong-orong (Gryllotalpa spp.)
Gejala serangan orong-orong ditandai dengan layunya tanaman, karena akar tanaman dirusak oleh orong-orong.


2.       Ulat bawang ( Spodoptera exigua )
Ulat bawang
Bagian tanaman yang terserang terutama adalah daunnya. Tetapi apabila populasi ulat (larva) sangat banyak, maka akan menyerang umbi. Ulat yang baru menetas segera akan melubangi daun bagian ujung, masuk dan makan daging daun bagian dalam, sehingga pada daun terlihat bercak berwarna putih transparan. Akibatnya daun terkulai dan kering.
Siklus hidup ulat bawang sekitar 15-18 hari. Ngengat betina (kupu)mulai bertelur pada umur 2-10 hari. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan daun/batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik coklat muda. Tiap kelompok telur: 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor ngengat betina kurang lebih sekitar 500-600 butir.
Tanaman inang lain selain bawang merah adalah golongan cabai, kapas dan jagung.

3.       Ulat Grayak ( Spodoptera litura )
Ulat grayak
Gejala serangan pada spodoptera yaitu adanya lubang-lubang pada daun mulai dari tepi daun permukaan atas atau bawah. Sama seperti ulat bawang, apabila populasi ulat (larva) sangat banyak, maka akan menyerang umbi. Ulat yang baru menetas segera akan melubangi daun bagian ujung, masuk dan makan daging daun bagian dalam, sehingga pada daun terlihat bercak berwarna putih transparan. Akibatnya daun terkulai dan kering.
Tanaman inang spodoptera selain bawang merah antara lain kacang-kacangan, bit, brokoli, cabai, kentang dan sebagainya.

4.       Lalat pengorok daun ( Liriomyza chinensis )
Lalat penggorok daun
Gejala serangannya adalah berupa bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan kelokan, sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.

5.        Thrips ( Thrips Tabaci )
Thrips
Gejala serangan daun berwarna putih keperak-perakan, pada serangan hebat seluruh tanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati. Serangan hebat terjadi pada suhu udara rata-rata di atas normal dan kelembaban lebih dari 70%.


B.  Penyakit Tanaman Bawang Merah
1.        Bercak ungu/trotol ( Alternaria porri )
Bercak ungu/trotol
Patogennya adalah cendawan alternaria porri. Gejala serangannya adalah pada daun terdapat bercak berwarna kelabu dengan pusat yang berwarna ungu, melekuk ke dalam dengan lingkaran konsentris, yang semakin melebar dan semakin menipis. Koloni spora hitam teratur pada lingkaran-lingkaran.
Kondisi cuaca lembab,mendung,hujan rintik-rintik dengan kelembaban udara mencapai >90& dapat membentuk sporulasi spora disebarkan oleh angin & apabila spora jatuh ke permukaan tanaman inang,akan berkecambah & menginfeksi jaringan tanaman lewat stomata atau luka pada epidermis,penyakit dapat ditularkan melalui udara dan bibit.

2.       Penyakit antraknosa/otomatis ( Colletotrichum gloeosporioides )
Antraknosa
Penyebabnya adalah cendawan colletotrichum gloeosporioides. Tanaman yang terinfeksi dapat mati secara serentak. Serangan awal ditandai dengan terlihatnya bercak berwarna putih pada daun. Selanjutnya terbentuk lekukan kedalam, berlubang dan patah, karena daun terkulai tepat pada bercak. Infeksi lanjut akan terbentuk spora (koloni konidia) berwarna merah muda, berubah menjadi coklat muda, tua dan akhirnya kehitam - hitaman. Apabila kelembaban udara tinggi, terutama dimusim penghujan spora cepat menyebar dipermukaan tanah & menginfeksi inang disekitarnya.
Spora tersebar dengan bantuan angin dan hujan lebat & apabila jatuh pada tanaman inang, spora akan berkecambah & masuk kebagian epidemis daun.

3.       Penyakit Layu Fusarium/Moler/Twisting Disease ( Fusarium oxysporum )
Layu Fusarium
Penyebabnya adalah cendawan fusarium oxysporum. Gejala serangannya adalah pada bagian dasar umbi lapis, akibatnya pertumbuhan akar maupun umbi terganggu. Gejala visualnya adalah daun yang menguning dan cenderung terpelintir (terputar), tanaman sangat mudah tercabut karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk. Pada dasar umbi terlihat cendawan berwarna keputih-putihan. Bila serangan berlanjut akan menyebabkan tanaman mati.
Jamur mampu bertahan hidup lama didalam tanah & bersifat tular tanah. Selain itu juga ditularkan oleh air pengairan dari tanah terkontaminasi. Infeksi pada umbi bibit dapat terbawa & tersebar di lapangan.

4.       Penyakit bercak daun Serkospora ( Cercospora duddiae )
Bercak daun
Patogennya adalah cendawan cercospora duddiae, gejalanya adalah bercak klorosis kebanyakan terkumpul pada ujung daun dan sering tampak terpisah dengan yang menginfeksi pangkal daun, sehingga gejala visualnya terlihat daun tampak belang-belang.

PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting.

Empat prinsip dasar dalam penerapan PHT yang berwawasan lingkungan.
1.       Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Caranya dengan menjaga kebersihan lahan. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Usaha dalam budidaya tanaman sehat meliputi pemilihan varietas yang unggul dan tahan hama, menjaga kebersihan lahan, melakukan rotasi dengan tanaman selain jenis bawang seperti kacang, labu &terong, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.

2.       Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman. Misalnya, musuh alami untuk ulat bawang adalah capung dan kepik.

3.       Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan. Aplikasi pestisida yang selektif dan efektif, dilakukan apabila telah ditemukan ulat/10 tanaman atau 5% kerusakan tanaman.

4.       Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal.

Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT diperlukan komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani yang terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT.
Namun tak lepas dari itu ada 7 komponen penting dalam PHT yaitu :
1.       Pengendalian secara fisik (misalnya: mengumpulkan dan memusnahkan: ngengat, telur ulat yang ditemukan)
2.       Pengendalian secara mekanik (misalnya mencabut tanaman yang terinfeksi)
3.       Pengendalian secara kultur teknik
4.       Pengendalian secara varietas tahan (contohnya varietas sumenep, bima, dll)
5.       Pengendalian secara hayati (seperti pemakaian serbuk biji mimba, daun sirsak, daun papaya, dll)
6.       Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina
7.       Pengendalian secara kimiawi (pengendalian secara kimiawi dilakukan sebagai alternatif terakhir, namun dalam penggunaan pestisida kimia juga harus tepat sasaran, tepat waktu dan tepat dosis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar