Foto: jabar.litbang.pertanian.go.id |
Bawang merah adalah tanaman semusim
memiliki perakaran yang dangkal dan berkembang pada kedalaman sekitar 30 cm
dari permukaan tanah. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, bawang merah ini juga
berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes
melitus, disentri dan akibat gigitan serangga. Kebutuhan akan bawang merah
sehingga banyak yang membudidayakan. Prospek bisnisnya juga menjanjikan. Salah
satu kendala dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit salah satunya
adalah hama ulat bawang.
Berikut ini cara pengendalian hama
ulat bawang pada bawang merah menurut pengalaman Balai Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Pertanian Jawa Barat.
Ulat Bawang (Spodoptera
exigua)
Ulat bawang (Spodoptera exigua)
merupakan hama utama yang umum merusak tanaman bawang merah. Serangan hama ini
dapat menyebabkan penurunan produksi bawang merah atau kehilangan hasil yang
tidak sedikit jika tidak dilakukan upaya Pencegahan dan pengendalian . Agar
pengendalian hama ulat bawang dapat dilakukan secara tepat, maka harus dikenali
terlebih dahulu morfologi atau bioekologi, gejala serangan, tanaman inang, dan
cara pengendaliannya.
Sayap depan ngengat berwarna coklat tua
dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam. Sayap
belakang berwarna keputih-putihan dengan garis-garis hitam pada tepinya.
Panjang rentangan sayapnya antara 25 – 30 mm. Ngengat betina mulai bertelur
pada umur 2 – 10 hari. Telur berbentuk bulat sampai bulat panjang. Telur
diletakkan dalam bentuk kelompok pada permukaan daun atau batang dan tertutup
oleh bulu-bulu putih yang berasal dari tubuh induknya.
Setiap kelompok telur maksimum terdapat
80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina sekitar 500 –
600 butir. Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva. Ngengat dewasa aktif,
makan, kawin dan berpindah tempat pada malam hari sedangkan pada siang hari
beristirahat di dasar tanaman. Ngengat sangat tertarik terhadap
cahaya. Larva atau ulat muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada
punggungnya. Sedangkan warna ulat tua bervariasi yaitu hijau, coklat muda, dan
hitam kecoklatan.
Ulat yang hidup di dataran tinggi umumnya
berwarna coklat. Stadium ulat terdiri dari 5 instar (panjang instar pertama sekitar
1,2 – 1,5 mm dan instar kedua sampai instar terakhir antara 1,5 – 19 mm). Ulat
berada di dalam rongga daun selama 9-14 hari dan menggerek daun. Setelah
instar terakhir ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong.
Ulat lebih aktif pada malam hari. Stadium larva berlangsung selama 8 – 10 hari.
Pupa berwarna coklat muda dan panjangnya 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa. Pupa
berada di dalam tanah dengan kedalaman 1 cm, dan sering dijumpai juga pada
bangkal batang, terlindung di bawah daun kering, atau di bawah partikel
tanah. Dalam waktu 5 hari, pupa berkembang menjadi ngengat.
Gejala Serangan Ulat Bawang
·
Bagian tanaman yang terserang terutama daunnya, baik
daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.
·
Setelah menetas dari telur, ulat muda segera
melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, sehingga ujung
daun tampak berlubang/ terpotong. Ulat akan menggerek permukaan bagian dalam
daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun
bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih,
akhirnya daun menjadi terkulai. Awalnya ulat berkumpul. Setelah isi daun habis,
ulat segera menyebar dan jika populasi besar, ulat juga memakan umbi.
Tanaman inang Lain : Bawang daun, kucai, jagung, cabai,
kapas dan tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kapri, dan kedelai.
Cara Pengendalian
1.
Pengendalian kultur teknis (bercocok
tanam)
Pengendalian dengan cara mengelola lingkungan atau
ekosistem sedemikian rupa sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan
hama. Pengendalian kultur teknis meliputi sanitasi, pengolahan tanah,
pengelolaan air, pengaturan jarak tanam, tumpangsari, rotasi tanaman,
penggunaan tanaman perangkap, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan tanaman
resisten.
2.
Pengendalian mekanis
Pengendalian
secara mekanis bertujuan untuk mematikan hama secara langsung, baik dengan
tangan maupun bantuan alat atau bahan lain. Penanganan dengan tangan
yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang (nguler) lalu
dibakar atau dimusnahkan.
3.
Pengendalian fisik
Pengendalian
yang dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi
perkembangan hama dengan memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sulit
untuk hidup.
a. Penggunaan perangkap feromon seks.
Feromon
seks adalah senyawa kimia yang dibuat secara sintetik sebagai media komunikasi
antara serangga jantan dan betina yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat
bawang. Dalam 1 ha dibutuhkan 12 – 24 buah.
b. Penggunaan lampu perangkap/light trap.
Perangkap
ini didesain sedemikian rupa secara sederhana dengan cara kerja menarik ngengat
melalui cahaya lampu dengan waktu nyala yang efektif dan efisien jam
18.00-24.00 WIB. Dalam satu hektar dibutuhkan 25-30 unit perangkap lampu.
c. Penggunaan kelambu kasa/shading net
Penggunaan
kelambu kasa akan mencegah ngengat masuk ke areal pertanaman. Kelambu kasa
dibuat dari bahan khusus yang tahan cuaca dan bisa dipakai hingga 6-8 kali
musim tanam.
4.
Pengendalian hayati
Memanfaatkan agens hayati yaitu dengan
menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus). Virus
Se-NPV adalah salah satu virus patogen yang dapat dibuat dari larva S. exigua
yang telah terinveksi oleh Se-NPV yang digunakan sebagai insektisida biologis
untuk pengendalian ulat bawang.
5.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan
dengan insektisida apabila hasil pengamatan telah mencapai atau
sekurangnya :
-
1 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 5 % daun terserang/rumpun
contoh pada musim kemarau
-
3 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 10 % daun
terserang/rumpun contoh pada musim penghujan. Pengendalian secara kimiawi harus
dilakukan secara tepat.
Lakukan
penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr, Flufenoxuron,
Sipermetrin. Dipasaran banyak merek Insektisida
berbahan aktif Chlorfenapyr, Flufenoxuron, Sipermetrin.
6.
Pengendalian secara organik
Pengendalian
secara organic dengan pakai pupuk organic super aktif eco farming. Pupuk organic
eco farming mengandung 13 unsur hara lengkap. 3 unsur hara makro (N,P,K), 3 unsur
hara sekunder (S,Ca,Mg), dan 7 unsur hara mikro (Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, Mo). Sebelum
di jual di pasaran eco farming telah melakukan uji coba selama 8 tahun.
Fungsinya meningkatkatkan produksi panen 2 kali lipat dan panen lebih cepat,
memperbaiki kesuburan lahan, dan juga berfungsi sebagai pengendalian hama. Pupuk
eco farming ini yang berani menggaransi bila tidak terbukti maka uang akan kembali.
Silahkan hubungi distributornya di 0813 8521 9515.
Pupuk eco farming
telah lulus uji lab dari Dinas Pertanian Jawa Barat dan terdaftar di
Kementerian Pertanian Melalui keputusan Menteri Pertanian Nomor 039.Ol/Kper/SR.310/B/01/2020
Bukti eco farming
berfungsi sebagai pengendali hama silakan tonton videonya di link di bawah ini:
Pada
tanaman bawang:
Tanaman jagung:
https://youtu.be/McjkMXLgjwE
(part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar