Kamis, 05 Maret 2020

Hama Ulat Bawang Pada Tanaman Bawang Merah dan Cara Pengendaliannya

Foto: jabar.litbang.pertanian.go.id
Bawang merah adalah tanaman semusim memiliki perakaran yang dangkal dan berkembang pada kedalaman sekitar 30 cm dari permukaan tanah. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, bawang merah ini juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes melitus, disentri dan akibat gigitan serangga. Kebutuhan akan bawang merah sehingga banyak yang membudidayakan. Prospek bisnisnya juga menjanjikan. Salah satu kendala dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit salah satunya adalah hama ulat bawang. 

Berikut ini cara pengendalian hama ulat bawang pada bawang merah menurut pengalaman Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Jawa Barat.

Ulat Bawang (Spodoptera exigua)
Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan hama utama yang umum merusak tanaman bawang merah. Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi bawang merah atau kehilangan hasil yang tidak sedikit jika tidak dilakukan upaya Pencegahan dan pengendalian . Agar pengendalian hama ulat bawang dapat dilakukan secara tepat, maka harus dikenali terlebih dahulu morfologi atau bioekologi, gejala serangan, tanaman inang, dan cara pengendaliannya.


Sayap depan ngengat berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan garis-garis hitam pada tepinya. Panjang rentangan sayapnya antara 25 – 30 mm. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2 – 10 hari. Telur berbentuk bulat sampai bulat panjang. Telur diletakkan dalam bentuk kelompok pada permukaan daun atau batang dan tertutup oleh bulu-bulu putih yang berasal dari tubuh induknya.

Setiap kelompok telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina sekitar 500 – 600 butir. Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva. Ngengat dewasa aktif, makan, kawin dan berpindah tempat pada malam hari sedangkan pada siang hari beristirahat di dasar tanaman. Ngengat sangat tertarik terhadap cahaya. Larva atau ulat muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya. Sedangkan warna ulat tua bervariasi yaitu hijau, coklat muda, dan hitam kecoklatan.

Ulat yang hidup di dataran tinggi umumnya berwarna coklat. Stadium ulat terdiri dari 5 instar (panjang instar pertama sekitar 1,2 – 1,5 mm dan instar kedua sampai instar terakhir antara 1,5 – 19 mm). Ulat berada di dalam rongga daun selama 9-14 hari dan menggerek daun. Setelah instar terakhir ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada malam hari. Stadium larva berlangsung selama 8 – 10 hari. Pupa berwarna coklat muda dan panjangnya 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa. Pupa berada di dalam tanah dengan kedalaman 1 cm, dan sering dijumpai juga pada bangkal batang, terlindung di bawah daun kering, atau di bawah partikel tanah. Dalam waktu 5 hari, pupa berkembang menjadi ngengat. 

Gejala Serangan Ulat Bawang
·         Bagian tanaman yang terserang terutama daunnya, baik daun pada tanaman yang masih muda ataupun yang sudah tua.
·         Setelah menetas dari telur, ulat muda segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, sehingga ujung daun tampak berlubang/ terpotong. Ulat akan menggerek permukaan bagian dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan tersebut daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akhirnya daun menjadi terkulai. Awalnya ulat berkumpul. Setelah isi daun habis, ulat segera menyebar dan jika populasi besar, ulat juga memakan umbi.

Tanaman inang Lain : Bawang daun, kucai, jagung, cabai, kapas dan tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah, kapri, dan kedelai.

Cara Pengendalian
1.       Pengendalian kultur teknis (bercocok tanam)
Pengendalian dengan cara mengelola lingkungan atau ekosistem sedemikian rupa sehingga kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengendalian kultur teknis meliputi sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan air, pengaturan jarak tanam, tumpangsari, rotasi tanaman, penggunaan tanaman perangkap, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan tanaman resisten.

2.       Pengendalian mekanis
Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk mematikan hama secara langsung, baik dengan tangan maupun bantuan alat atau bahan lain. Penanganan dengan tangan yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang (nguler) lalu dibakar atau dimusnahkan. 

3.       Pengendalian fisik
Pengendalian yang dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama dengan memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sulit untuk hidup.
a.  Penggunaan perangkap feromon seks.
Feromon seks adalah senyawa kimia yang dibuat secara sintetik sebagai media komunikasi antara serangga jantan dan betina yang digunakan untuk mengendalikan hama ulat bawang. Dalam 1 ha dibutuhkan 12 – 24 buah.

b.  Penggunaan lampu perangkap/light trap.
Perangkap ini didesain sedemikian rupa secara sederhana dengan cara kerja menarik ngengat melalui cahaya lampu dengan waktu nyala yang efektif dan efisien jam 18.00-24.00 WIB. Dalam satu hektar dibutuhkan 25-30 unit perangkap lampu.

c.  Penggunaan kelambu kasa/shading net
Penggunaan kelambu kasa akan mencegah ngengat masuk ke areal pertanaman. Kelambu kasa dibuat dari bahan khusus yang tahan cuaca dan bisa dipakai hingga 6-8 kali musim tanam.

4.       Pengendalian hayati
Memanfaatkan agens hayati yaitu dengan menggunakan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus). Virus Se-NPV adalah salah satu virus patogen yang dapat dibuat dari larva S. exigua yang telah terinveksi oleh Se-NPV yang digunakan sebagai insektisida biologis untuk pengendalian ulat bawang.

5.       Pengendalian kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan insektisida apabila hasil pengamatan telah mencapai atau sekurangnya :
-          1 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 5 % daun terserang/rumpun contoh pada musim kemarau
-          3 kelompok telur/10 rumpun contoh atau 10 % daun terserang/rumpun contoh pada musim penghujan. Pengendalian secara kimiawi harus dilakukan secara tepat.

Lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr, Flufenoxuron, Sipermetrin. Dipasaran banyak merek Insektisida berbahan aktif Chlorfenapyr, Flufenoxuron, Sipermetrin.

6.       Pengendalian secara organik
Pengendalian secara organic dengan pakai pupuk organic super aktif eco farming. Pupuk organic eco farming mengandung 13 unsur hara lengkap. 3 unsur hara makro (N,P,K), 3 unsur hara sekunder (S,Ca,Mg), dan 7 unsur hara mikro (Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, Mo). Sebelum di jual di pasaran eco farming telah melakukan uji coba selama 8 tahun. Fungsinya meningkatkatkan produksi panen 2 kali lipat dan panen lebih cepat, memperbaiki kesuburan lahan, dan juga berfungsi sebagai pengendalian hama. Pupuk eco farming ini yang berani menggaransi bila tidak terbukti maka uang akan kembali. Silahkan hubungi distributornya di 0813 8521 9515.

Pupuk eco farming telah lulus uji lab dari Dinas Pertanian Jawa Barat dan terdaftar di Kementerian Pertanian Melalui keputusan Menteri Pertanian Nomor 039.Ol/Kper/SR.310/B/01/2020

Bukti eco farming berfungsi sebagai pengendali hama silakan tonton videonya di link di bawah ini:
Pada tanaman bawang:
Tanaman jagung:
https://youtu.be/McjkMXLgjwE (part 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar